Toko Rilisan Fisik Cherrypop

Sebagai salah satu bentuk “Swasembada Musik,” Cherrypop 2023 menginisiasi Toko Rilisan Fisik yang merangkul Jogja Record Store Club (JRSC). Ada puluhan record store dari Yogyakarta ataupun sekitarnya yang terlibat selama dua hari acara. Beberapa di antaranya; UD. Barokah, Toko Musik Luwes, Lokal Jajan, Rilisan Fisik, Fantasi Mew Sick, Limun Low Noise, Rekam Jaya, Yes No Shop, dan Journey Records. 

Selain itu, ada juga kolektif yang turut meramaikan dari lini merchandise, dari musisi lokal ataupun internasional, sebut saja Broken Uniform Syndicate, BRSK Merchandise, dan masih banyak lagi yang bisa ditemukan di Toko Rilisan Fisik.

“Kita dukung band-band yang main di Cherrypop karena beberapa rilisannya mereka ada di JRSC. Sehingga, mereka datang tidak hanya menonton musik saja, bisa sambil jalan-jalan sambil digging rilisan fisik,” cetus koordinator Toko Rilisan Fisik Cherrypop 2023 Harri Prakosa aka Pade.

Tak cukup sampai di situ, salah satu aktivitas menarik yang masih ditawarkan Toko Rilisan Fisik dalam booth JRSC seperti tahun sebelumnya adalah sesi tanda tangan bersama band atau musisi yang tampil di Cherrypop 2023. 

Menurut Pade, sesi tanda tangan ini bisa menjadi sebuah memorabilia yang menciptakan ruang bertemunya musisi dengan para penggemarnya secara intim. Di sini, pengunjung dapat membawa koleksinya untuk ditandangani langsung oleh musisinya.

Secara konsep, Toko Rilisan Fisik tahun ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya. Kali ini diramaikan spinning session hasil kolaborasi dengan JRNY Records dan Pop Hari Ini. Sesi ini menyajikan nuansa musik lintas generasi, baik lokal dan internasional. Lebih dari sekadar hiburan, tujuan sesi ini juga adalah memberikan edukasi tentang rilisan fisik.

Foto: Shofia Utami

Melting Pot Kolektor dan Pecinta Musik

JRSC bermula saat 2015 lalu Pade dan rekan-rekannya merespons permintaan untuk berpartisipasi di gelaran festival seni tahunan di Yogyakarta. Sejak itu ruang kolektif penjaja sesama pemilik Record Store, menyajikan rilisan seperti CD (compact disc), kaset, vinyl, dan merchandise mulai sering bertemu. 

Menurut Pade, pada saat itu banyak gerai musik, termasuk yang ada di pusat perbelanjaan yang perlahan menghilang seiring masuknya era digitalisasi.  Berangkat dari sana, JRSC tumbuh tidak hanya menjadi ruang alternatif bagi para kolektor untuk berburu rilisan fisik, namun juga sebuah gerakan atas perayaan warisan musik, serta semangat dukungan bagi komunitas lokal. 

Selain itu, JRSC juga berperan penting dalam mendukung para musisi independen yang ingin menerbitkan karyanya dalam format fisik secara mandiri. Minat    terhadap rilisan fisik musik juga mendorong banyak musisi untuk tidak hanya merilis album dalam bentuk digital semata. Hingga saat ini JRSC bisa berafiliasi menyebarkan movement ini ke kota satelit Yogyakarta; Klaten, Solo, Semarang, dan Purwokerto. Total sekitar 20-an kolektif penjaja rilisan fisik yang tergabung dalam JRSC.

“Jika support musisi ataupun band kesayangan, ayo belilah rilisan fisik. Karena menyimpan rilisan fisik, entah kapan tahu, bisa menjadi artefak untuk yang nantinya bisa kamu banggakan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Kaka Fajar Permana