Menjadi band copy-cat karena mengidolakan fashion sebuah band legendaris asal Jogja yaitu Sangkakala, melekat erat pada awal terbentuknya Tigerpaw. Tidak banyak musisi format grup yang secara terang-terangan berani mengakui kiblat bermusiknya. Kesamaannya lahir dan bertumbuh di laboratorium kesenian kota Jogja, menumbuhkan sedikit demi sedikit transformasi berkarya oleh Tigerpaw sejak tahun 2017.
Keberanian Tigerpaw tidak surut di cerita kemirip-miripan saja, melainkan ketersediaan mereka untuk mengikuti berbagai kompetisi band festival. Disebut sebagai “bounty hunter”, tidak menjadi masalah yang berarti untuk mereka. Menurut Basro (Vokalis), efek domino dari kompetisi memiliki daya tarik pendengarnya tersendiri.
Dampak paling nyata adalah bertambahnya pengikut di media sosial dan jumlah pendengarnya. Hal ini mempermudah Tigerpaw untuk mendistribusikan karyanya ke skala yang semakin besar dari pada sekadar pendengar regional Jogja saja. “Yang penting ikut aja dulu, urusan menang/ kalah mah belakangan,” katanya.
Beberapa panggung kompetisi yang sudah dilalui Tigerpaw adalah
- ROCKIN BATTLE (2017), sebagai Best Unik Performer
- Rockin Noise (2018), sebagai panggung kompetisi paling berkesan karena dianggap sebagai awal mula band ini dianggap sudah matang, baik secara performer dan musik yang lebih tertata.
- THE BIG 50 WOA METAL BATTLE INDONESIA (2022), Kompetisi band metal se-Indonesia dengan satu finalis terbaik akan terbang ke Jerman untuk tampil di salah satu festival musik metal terbesar didunia, WACKEN OPEN AIR. Sebelumnya di tahun 2021, mereka masuk 30 besar berdasarkan pilihan juri.
- Musik Tanpa Batas (2022), sebagai big four berdasarkan pilihan juri
Pergantian pemain juga dialami oleh band yang sudah berusia lima tahun ini. Awalnya Tigerpaw dihidupi oleh tiga personil dan gotong-royong bersama teman-teman lainnya hingga lahirlah EP pertama. Namun kegelisahan untuk terus berkarya dan kondisi kehidupan personal dari masing-masing personil mendapatkan pemakluman untuk bongkar-pasang Tigerpaw. Beberapa nama yang sempat mengisi hingar bingar Tigerpaw adalah Ardian, Farid, Evan, dan Bable Sagala. Saat ini, mereka menyatakan personil solid dari Tigerpaw adalah Bazra El Tigre, Sambung Penumbra, Paulus Ryan, dan Dimas.
Memutuskan menjadi tetap liar dengan musik power metal tampilan glam rock 80’s menjadi bibit album ke dua Tigerpaw dengan kiblat Hammerfall. Serangan pandemi mengafeksi proses berkarya Tigerpaw karena tidak ada panggung offline yang sudah menjadi santapan Tigerpaw di tiga tahun sebelumnya. Beberapa bisik-bisik skena musik yang mempertanyakan eksistensi Tigerpaw akan dijawab melalui lahirnya album ke dua ini. (*)
Penulis: Christine Natalia