copy

Merekam Gelora Skinhead Jogja

Geliat ‘pemberontakan’ kaum pekerja Inggris tahun 1960-an memicu kemunculan skinhead sebagai sub-kultur baru. Hingga 30 tahun kemudian, skena yang acap lekat dengan kepala plontos dan boots ini mampu menyelinap di sudut ruang pegiat punk di Jogja. Skena skinhead Jogja tumbuh sporadis semasa tahun 1998 hingga 2000-an.

Redup-terang skena ini teramati oleh seorang buruh berita, Galih Eko Kurniawan. Bersama rekannya, Lanceng, Budi Mlongo, dan Raymond Menthok, sekawanan ini berdiri atas nama Kursi Ijo Creative Crew.  Kelompok yang dirintis sejak 2021 ini lantas mengagas konsep pendokumentasian skinhead Jogja untuk melancong ke Rekam Skena.

“Kebetulan ada teman yang bikin berita acara iKonser, dan ada sesi Rekam Skena. Nah, kemudian ikutan, siapa tahu lolos karena ada ide kan. Akhirnya kami kirim proposal itu,” kilas Galih.

Galih berprespektif bahwa skinhead adalah tentang gaya hidup para pekerja keras dan berjiwa mandiri. Dokumenter yang ia cetuskan ini mengangkat cerita dari orang-orang yang lama berkecimpung di skinhead Jogja. Kisah awal mula tongkrongan skena terbentuk dan perkembangan band skinhead dirangkai dari penghimpunan berbagai arsip.

‘Oi! Ini Skinhead Jogja!’, sebuah tajuk yang dipilih oleh Galih untuk mengantar dokumenternya. Melalui rekaman singkat ini, Galih mengulas dari informan utama skena Skinhead lokal, yakni Captain Oi dan The Glad. Pemilihan ini berlatar historis Captain Oi yang menjadi pioner skena skinhead di Jogja. Sementara eksistensi The Glad hingga sekarang dapat memberikan ulasan tentang dinamika skena selama ini.

“Harapannya untuk karya dokumenter ini semoga bisa sebagai pengetahuan yang bisa diakses publik. Selain itu, juga sebagai referensi untuk mengenal tentang seluk beluk skinhead di Jogja seperti apa, serta bisa menghibur,” ucap Galih, produser yang sekaligus merangkap sutradara.

Melejitnya Kursi Ijo Creative Crew ke lima besar Rekam Skena menjadi salah satu bukti program ini tepat sasaran. Bagaimana tidak, Galih sebagai pimpinan proyek ini tidak memiliki latar yang berbau produksi audio visual. Namun, ide pengkaryaan dan antusiasmenya telah membuahkan hasil. Ia pun kompak dengan para peserta lain untuk mendukung keberlanjutan program Rekam Skena. (*)

Penulis: Arinda Qurnia

10-11 AGTS 2024

LAPANGAN KENARI, YOGYAKARTA