IMG_3293

Surabaya dalam Narasi Silampukau

Ada keunikan dari Silampukau di mana mereka acap kali menulis kata “Surabaya” dan bercerita tentang “Kota Pahlawan” di banyak lagu-lagunya. Sebut saja di album mereka ‘Dosa, Kota & Kenangan’, persisnya pada lagu “Doa 1”, “Malam Jatuh di Surabaya”, “Puan Kelana”, “Si Pelanggan”, “Sang Juragan”, dan “Lagu Rantau (Sambat Omah)”, Silampukau memakai “Surabaya” sebagai unsur primer. Tak lain karena kedua personelnya lahir dan besar di kota itu, jadi natural jika Silampukau menarasikan berbagai sisi tentang kota tersebut.

Bahkan di single “Lantun Mustahil” yang dirilis awal Mei 2022 lalu, Silampukau masih menyoroti Surabaya. Di lagu itu mereka berkisah tentang kehidupan para nelayan di utara Surabaya yang dipenuhi ketidakpastian. Single tersebut dirasa cukup langka, lantaran setelah kepergian mendiang Leo Kristi, masih jarang lagu-lagu di Indonesia yang mengangkat realisme sosial pada dunia maritim.

Silampukau adalah duo musisi folk; Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening. Berdiri pada akhir 2009, lagu-lagu mereka dimainkan dengan instrumen sederhana yang bercerita tentang kegelisahan, mimpi, perjuangan, protes, dan harapan.

Menurut Eki, CHERRYPOP 2022 itu keren karena mengundang band-band dari berbagai kota yang ada di Indonesia. “Apalagi ada Melancholic Bitch di acara itu!” tukasnya.

Setelah tampil di CHERRYPOP Festival 2022, Silampukau juga menyiapkan tour di Jawa Tengah (Solo, Salatiga, dan Purwokerto), juga di Jawa Timur, lalu menuju ke Jabodetabek.

Hingga hari ini, Silampukau telah merilis album; ‘Sementara Ini’ (2009), ‘Dosa, Kota dan Kenangan’ (2015), dan beberapa single; “Aduh, Abang Sayang” (2017), “Aku dan Si Bung “(2018), “Dendang Sangsi” (2021), dan “Lantun Mustahil” (2022). Silampukau juga sedang menggarap album yang harapannya bisa dirilis tahun ini. (*)

Penulis: Khoirul Atfifudin

10-11 AGTS 2024

LAPANGAN KENARI, YOGYAKARTA