Dari malam panjang bertabur bintang di hari pertama Cherrypop Festival 2025, satu yang jadi checkpoint saya, The Sastro. Band asal Jakarta ini punya historisnya tersendiri, menandai kiprahnya di skena musik indie di Indonesia yang terbilang sudah cukup lama. Namanya masih membekas bagi mereka yang dulu pernah menjadi saksi band ini tampil dari gigs-gigs kecil kampus, hingga ke festival besar.
Datang dari padatnya kota Jakarta—hingga tiba di kota Gudeg, penampilan mereka selalu dinantikan oleh pendengarnya di seantero kota. Mendengar kabar The Sastro akan tampil di Cherrypop Festival 2025, menjadi angin segar bagi para scenester untuk menyaksikan pertunjukan mereka secara langsung.
Apalagi nama The Sastro sempat tertidur panjang, panggungnya kali ini boleh jadi titik kembalinya mereka di skena musik indipenden. Penampilan The Sastro di Cherrypop kali ini juga memperpanjang nafas pasca showcase “Dua Dekade The Sastro” pada April lalu di Krapela, Jakarta Selatan.
Masih dalam susana seremonial, tajuk dua dekade The Sastro pun jadi penanda usia band ini berdiri. Penampilannya di Cherrypop Festival 2025 juga menjadi debut mereka untuk unjuk gigi pertama kali di Yogyakarta, dan saatnya pendengar mereka punya kesempatan yang sama untuk hadir, dan memeriahkannya di Cherrypop Festival tahun ini.
The Sastro tampil pada hari pertama, Sabtu, (9/8) di Yayapa stage pada pukul 20.05 WIB. Kehadiran mereka mengundang animo yang terbilang luar biasa. Terhitung sejak prepare band hingga track pertama, “Plaza Maya” mengudara, para crowd terus saja berdatangan hingga nampak sesak memenuhi panggung dari depan hingga belakang FOH. Rasa penasaran ini menarik saya pada padatnya kerumunan malam itu.
Selepas “Plaza Maya”, track “Hantu TV” dan “Rasuna” dari album ‘Vol.1’ dimainkan. Para penonton mengiringi The Sastro dengan berdansa dan bernyanyi, beberapa mengabadikannya lewat kamera ponsel. Peristiwa dan kerinduan yang sepertinya sudah lama terpendam nampak terpancar di Yayapa stage.
Pengalaman tak hanya terstimulus lewat lirik-lirik yang dilantunkan, The Sastro juga seakan menjawab rasa rindu penggemarnya akan penampilan mereka yang terbilang sangat jarang. Perasaan melankolia yang timbul dari lautan kerinduan ini menjadi sajian yang menyenangkan. Membuat siapa saja yang datang ke Yayapa stage malam itu beruntung menjadi saksi dari perjalanan perdana The Sastro di kota Yogyakarta.
Tak banyak kata yang keluar dari atas panggung saat jeda pergantian lagu, semua set di sikat habis seperti tanpa jeda. Kini giliran “Sekilas” dan “Misteri” dari EP ‘Ekstasi’ yang mengudara, semua penonton sangat menikmati hingga tak terasa sudah memasuki set akhir dari panggung mereka malam itu.
Di sisa set, track dari album ‘Vol.1’ lebih banyak terdengar. Ketika jeda pergantian lagu, nama ‘Kaktus’ dan ‘Lari 100’ terus saja menggema. Para penonton tidak sabar, seakan ingin cepat dibawakan. Setelah jeda sejenak, tiba giliran dua lagu ini dibawakan. Badan saya dibuat merinding kala lagu ‘Kaktus’ dimainkan “Tempat kenangan tercipta..” penonton mengiringi sang vokalis, Agung Sastro untuk sing along.
Suasana ini terus terjaga hingga “Lari 100” mengudara, dan para penonton dengan spontan, Uhuuy! Membuat circle pit lalu berlari mengitarinya sambil berdansa. Bahkan beberapa naik ke panggung, sungguh antusiasme yang luar biasa pada panggung The Sastro malam itu.
Karena banyaknya penonton yang naik ke atas panggung, sound jadi sedikit terganggu. Namun tak mengubah jalannya pertunjukan, seperti biasa the show must go on! Track “Lari 100” juga menjadi klimaks dari penampilan The Sastro di Cherrypop Festival 2025, sebelum set disudahi dengan track “Sejati” dengan sisa-sisa energi. Euforianya masih terasa hingga kini, seakan belum bisa beranjak dari sana.
Rasa penasaran saya akan penampilan The Sastro akhirnya terjawab tuntas malam itu. Ekspektasi saya ketika The Sastro tampil adalah melihat permainan musik mereka secara langsung. Mungkin ada beberapa hal yang menjadi catatan, sound dari stage lain terdengar bertabrakan. Pengalaman ini saya rasakan ketika menyaksikan dari sisi pinggir panggung. Namun hal itu masih dapat tertolong oleh penampilan yang seru dari para penampil.
Saya mengabaikan suara sound yang sempat terganggu dan suara yang fals dari Agung Sastro saat bernyanyi. Saya lebih memilih menghargai setiap momen dan menikmati suasana yang tersaji pada malam itu. Senang rasanya ketika melihat band yang biasa saya dengarkan di internet, dan dilabeli band mitos ini akhirnya bisa tampil setelah hiatus panjang.
Ada perasaan excited yang mengiringi saya ketika The Sastro tampil, dan Cherrypop berhasil mewujudkannya di Lapangan Kenari, Yogyakarta kemarin. Terimakasih, The Sastro, Pena Skena dan Cherrypop Festival 2025. (*)
Penulis: Gense Narasrestha
Artikel ini merupakan hasil dari program PENA SKENA, sebuah lokakarya dan praktik jurnalisme musik yang diinisasi oleh Cherrypop Festival. PENA SKENA diharapkan bisa mendorong aktivasi jurnalisme musik sebagai salah satu alat pemajuan kebudayaan, yang digerakkan oleh anak muda yang berpihak pada lokalitas.


