TEASER: “Dayabara” Hellofriends (Purbalingga)

“Saya merasa di Purbalingga secara SDM tertinggal, fasilitas-nya gak ada, masyarakat-nya juga belum siap. Dari keresehan-keresahan itu ingin kita rekam. Karena cukup menarik anak-anak (pegiat kreatif) Purbalingga tetap berkarya terlepas dari (keresahan) itu,” cetus Jalu Kresna dan Paradhita.

Jalu Kresna dan Paradhita bersama dengan kolektifnya, Hellofriends yang beranggotakan Viki Ardiansyah, Bagus Boker, Gilang Rifaldy, Galang Putra Himami, Mohammad Vikri, dan Adhitama Wicaksana, berusaha menarasikan skena musik di Purbalingga lewat film dokumenter Rekam Skena #2.

Alih-alih menceritakan kolektif yang bertumbuh di Purbalingga saja, Hellofriends bersama dengan kelompok komunitas lain mencoba lebih dalam memotret, bagaimana merintis, dan perjalanannya lewat film bertajuk DAYABARA. 

Mereka mencoba membedah kelompok-kelompok yang secara tidak langsung berkelindan lewat ‘Perpus Jalanan’. “Ada satu perasaan kolektif yang kuat dan organik, kayak Perpus Jalanan yang menyatukan kita semua. Perpus Jalanan bagiku itu seperti sebuah terminal, ada komunitas itu, komunitas ini. Tapi ada satu kesamaan perasaan yang menyatukan,” tambah Gilang.

Lebih lanjut lagi, lewat program ini mereka berharap bisa menjadi sebuah wujud pengarsipan momentum-momentum untuk nantinya bisa dikisahkan ke generasi mendatang. Juga membangun dan memperkaya jaringan tidak terbatas hanya di daerah sendiri saja, namun juga Indonesia secara umum. Bahwa ada kota kecil namanya Purbalingga, di dalamnya ada beberapa kolektif-kolektif yang masih berjuang Bersama mengembangkan kotanya lewat gerilya independensi. 

Selama proses produksi, mereka mengaku terkendala oleh waktu, terlebih karena semua yang terlibat merupakan pegawai kantoran. Namun film ini bisa selesai dan bara apinya mampu menggeliat praktik-praktik dan dinamika skena di Purbalingga. (*)

Kaka Fajar Permana