_MG_0917

Silampukau Ciptakan Ruang Rindu di Cherrypop 2024

Silampukau adalah band indiefolk asal Surabaya yang digawangi Kharis Junandharu dan Eki Tresnowning. Band ini telah merilis dua album “Dosa, Kota & Kenangan” yang dirilis 2015, dan “Sementara ini” yang dirilis 2009 silam. Meski di Indonesia, musisi yang memainkan genre ini cukup banyak, Silampukau memiliki ciri khas nya tersendiri.

Bagi saya, band ini bukanlah band nyentrik namun bisa dibilang unik, sebab lagu-lagunya yang kebanyakan menceritakan tentang kota Surabaya. Entah itu kritik sosial, percintaan, hingga hingar bingar kota termasuk dunia malam di Surabaya diceritakan lewat lirik-lirik lagunya.

Silampukau juga pernah tampil di perhelatan Cherrypop Festival tahun pertama pada 2022 lalu, dan kali ini jadi yang kedua mereka unjuk aksi di hajatan ini. Hal ini bisa jadi karena Silampukau punya kesan tersendiri bagi penyelenggara, atau mungkin memang banyak yang request untuk mendatangkan mereka, saya juga tidak tahu-menahu soal itu. 

Melalui program Pena Skena, di tahun 2024 ini saya berkesempatan menonton Silampukau yang kedua kalinya. Penampilan mereka di Cherrypop tentu meninggalkan kesan yang sangat membekas bagi saya, dan para penggemar lainnya. Mengingat tak sedikit penonton merupakan perantau yang berasal dari luar Jogja, hal ini menambah kesan sendu bagi para penggemarnya.

Penampilan Silampukau di Nanaba Stage menciptakan ruang rindu yang penuh dengan kehangatan pada saat pementasannya, entah itu rindu kampung halaman atau rindu masa kecil yang belum mengenal dunia perantauan, dan selalu lekat dengan himpitan hutang dan tagihan awal bulan. 

Selain itu, hal yang tak tergantikan ketika saya menonton Silampukau kali ini adalah ‘experience’ mendengarkan musik yang berbeda. Banyak sentuhan aransemen yang tidak bisa kita dengarkan lewat YouTube, Spotify, ataupun platform musik lainnya. Seperti pada lagu “Hey!” yang terdengar sedikit fals saat kita dengerkan melalui smartphone, di pementasannya kali ini saya bisa mendengarkan aransemen dan vokal yang lebih merdu dan lebih enak di dengar. 

Walaupun sangat disayangkan, sound Cherrypop tahun ini kurang maksimal karena hanya enak didengar saat kita sedikit berjarak dari panggung. Padahal para penggemar akan merasa lebih intens lagi ketika mereka lebih dekat dengan idolanya. Karena mau bagaimana pun, kualitas audio itu kesalahan teknis sedikit saja bisa merusak suasana dalam menikmati alunan musik yang dibawakan.

Namun hal itu tak terlalu berdampak, sebab penonton terlihat antusias saat menyaksikannya. Panggung Silampukau semakin terasa penuh kehangatan saat “Lagu Rantau (sambat Omah)” mulai dimainkan. Lewat lagu yang penuh ketenangan dan menggambarkan dunia perantauan, ini membuat para penonton terkesima dan penuh hikmat saat menyaksikan pertunjukan, dan yang membuat suasana jadi semakin harmonis. (*)

Penulis: Fatih Mahmud Al Hakim, mahasiswa hukum UMY

Artikel ini merupakan hasil dari program PENA SKENA, sebuah lokakarya dan praktik jurnalisme musik yang diinisasi oleh Cherrypop Festival. PENA SKENA diharapkan bisa mendorong aktivasi jurnalisme musik sebagai salah satu alat pemajuan kebudayaan, yang digerakkan oleh anak muda yang berpihak pada lokalitas.

Artikel Rekomendasi

Website Dalam Tahap Pengembangan

Pengalamanmu menjelajahi website Cherrypop mungkin belum sempurna, karena saat ini lagi proses pengembangan konten.