Berangkat dari banyaknya dinamika dan pratik kultur punk yang ada Purbalingga, pada 2016 lalu, sekelompok anak muda sepakat mendirikan “kolektif bersenang-senang”, Hellofriends namanya.
Selaras dengan awal pergerakan kultur punk di akhir 70-an dalam merayakan kemerdekaan individu, kolektif Hellofriends mengaku hanya ingin bersenang-senang, sekaligus mengakomodir keinginan teman-teman di Purbalingga yang haus akan acara musik.
Tak berlangsung lama, kolektif Hellofriends yang beranggotakan Jalu Kresna, Viki Ardiansyah, Paradhita, Bagus Boker, Gilang Rifaldy, Galang Putra Himami, Mohammad Vikri, dan Adhitama Wicaksana ini mulai memperluas cakupannya, tidak hanya dinamika pergerakan musik, namun berkolaborasi dengan berbagai komunitas lain di Purbalingga; seperti visual art hingga skateboard. Untuk mempererat praktik-praktik yang beririsan satu sama lain dengan musik hingga komunitas di wilayah Purbalingga, Hellofriends menginisiasi gelaran bertajuk #Hellofriends hingga volume 4.
Hingga pada pertengahan tahun 2022 lalu, secara resmi kolektif ini memaklumatkan “Arena Bermain” sebagai agenda rutin. Lebih jauh lagi, kolektif Hellofriends tidak hanya fokus dalam menggelar gig, namun aktif di beberapa kanal digital, di antaranya instagram, website hingga YouTube. Semua kanal tersebut digunakan untuk publikasi karya, kolaborasi hingga info kegiatan senang-senang lainnya di Purbalingga. Kini Hellofriends membuka seluas-luasnya kesempatan untuk bekerjasama dengan berbagai komunitas, atau individu yang aktif di pergerakan musik.
“DAYABARA”, Dokumenter Perjalanan dan Perjuangan Kolektif di Purbalingga
Foto: Noisarsip & xxix.jpg
Satu bentuk kolaborasi terbaru kolektif Hellofriends adalah berpartisipasi di Rekam Skena. Hasil dari kolaborasi ini adalah sebuah film dokumenter tentang perjalanan dan perjuangan kolektif di Purbalingga.
“Kami ingin membuat film dokumenter, namun belum kesampaian. Kebetulan, gayung bersambut, Cherrypop menawarkan hal tersebut,” kata Jalu Kresna Bayu tentang Rekam Skena.
Melalui dokumenter bertajuk “Dayabara” ini, Hellofriends ingin mengangkat perjalan “Perpus Jalanan”, kolektif yang dimulai sejak 2017 ini, menjadi momen bersejarah untuk skena di Purbalingga. Di sini banyak anak muda dengan latar belakang berbeda, datang berkumpul dan berdiskusi.
Hasilnya adalah tumbuhnya beberapa kolektif atau gerakan kreatif di Purbalingga. Banyak juga kolektif yang berjalan bersamaan dengan Perpus Jalanan. “Kami ingin menceritakan kolektif yang ada di Purbalingga. Bagaimana merintis, susah payah dalam perjalanannya. Untuk bisa dikisahkan ke generasi mendatang,” kata Jalu.
Tidak muluk-muluk, kolektif Hellofriends coba menarasikan dinamika anak muda, dan prosesnya sejak 2016 sampai sekarang. Mereka juga berharap dengan adanya dokumentasi skena di Purbalingga bisa jadi referensi literasi, dan semakin punya tantangan dalam berkarya.
Bagi Hellofriends, membangun dan memperkaya jaringan tidak terbatas hanya di daerah sendiri saja, namun juga Indonesia secara umum.
“Ada kota kecil namanya Purbalingga, di dalamnya ada beberapa kolektif yang masih berjuang Bersama mengembangkan kotanya lewat gerilya independensi,” tutup Jalu.(*)