Semenjak tahu Jono Terbakar kira-kira setahun lalu, hingga saat ini saya sempat menyaksikannya tiga kali, yakni pada Cherrypop Festival 2023, Festival Mojok 2023, dan Penutupan Lintas Kultura 2024. Kesan saat menyaksikan Jono Terbakar membuat saya heran sekaligus geleng-geleng kepala.
Geleng-geleng lantaran saya pikir Jono Terbakar menjadi salah satu musisi yang tampil unik. Absrud. Nyetrik. dan satu lagi yang penting: otentik. Saya kira tidak banyak musisi yang seperti itu.
Bagaimana tidak, lagu-lagunya bercerita tentang pengalaman keseharian dia yang mungkin terbilang sepela tapi lucu untuk diceritakan. Misalkan lagu yang berjudul “Atos (Kudu Piye Tuips)” bercerita soal dirinya pergi ke Pantai Baron kemudian membeli es teh tapi kurang manis.
Nah pengalaman itu ia ceritakan. Hahahah kok bisa-bisanya dia kepikiran membuat lagu semacam itu.
Itu baru satu lagu saja, masih banyak lagu-lagu yang mungkin bikin kita geleng-geleng kepala saat mendengarkannya. Tapi saya tidak akan mengulas lagu dari Jono Terbakar panjang lebar di sini. Melainkan saya akan menceritakan bagaimana pria yang memiliki nama asli Nihan Lanisy ini menjadi sesorang yang multitalenta.
Dia adalah seorang musisi, seniman, penulis, pekerja seni, dan yang bikin kita mungkin akan mengeryitkan dahi adalah dia merupakan seorang tukang pijat.
Inilah yang akan saya bahas dalam tulisan ini. Karena siapa sangka, di salah satu aktivasi di Cherrypop Festival 2024 bersama PopHariIni, ada Jono Terbakar membuka jasa pijat, lebih tepatnya zamatera.
Jono tidak tampil sebagai musisi di Cherrypop Festival 2024 sebagaimana dirinya sering tampil di panggung-panggung yang ada di Jogja. Melainkan Jono Terbakar memposisikan dirinya sebagai tukang pijat. Gokil.
Itu kabar yang saya tahu sejak diberitahu H-1. Tentu saya penasaran sekaligus meragukan kemampuan Jono Terbakar untuk melakukan terapi. Saya pikir ini cuma gimmick saja.
Hingga tiba saatnya di hari-H kebetulan sudah beberapa hari ke belakangan bagian punggung saya mengalami pegal-pegal. Sepertinya masalah ini terjadi lantaran sering badminton dan posisi tidur kurang tepat. Sehingga membuat saya cukup terganggu karena sakit di punggung.
Tibalah sore itu saya ke both PopHariIni untuk melakuakn terapi sekaligus bertanya-tanya soal pijat kepada Jono Terbakar. Saat awal-awal saya menanyakan, ternyata dirinya ini sudah bergelut di dunia terapi sejak 2017.
Bahkan saya tidak perlu menanyakan panjang lebar soal ketertarikan dirinya menjadi tukang pijat dan tetek bengek lainnya. Karena Jono terbakar sudah melakukan personal branding melalui websitenya, jonoterbakar.com.
Di website itu ia menceritakan bagaimana awalnya mengeluti dunia pijat, lebih tepatnya zamatera. Ia juga menerima panggilan untuk jasanya itu. Tak luput ia memberikan semacam filosofi terkait kesehatan dan penyakit dalam website tersebut. Seperti misal yang saya kutip.
“Setiap penyakit ada obatnya, manusia diutus Tuhan untuk berusaha dan tak pernah putus asa.” Atau ada lagi ia menuliskan, “Dalam pencarian sembuh, kita perlu memperhatikan bahwa caranya halal dan baik.”
Nah saat saya melakukan terapi ia menanyakan bagian mana yang dirasa bermasalah. Karena ia akan memfokuskan titik terapinya di situ. Sebab ketika menyeluruh maka akan memakan waktu yang cukup lama. Jadi hanya di titik-titik tertentu saja. Terapi lah saya di bagian titik-titik yang saya sebutkan itu. Lalu dieksekusi oleh Jono Terbakar.
Terus terang sehabis melakukan terapi, saya merasa badan saya jadi lebih enteng. Kemudian saya pun pergi untuk menyaksikan beberapa perform musisi di Cherrypop Festival.
Malam itu saya baru menyadari kalau ternyata punggung saya sudah jauh lebih baik dari semula. Dari situ saya berpikir bahwa Jono Terbakar memang memiliki keahlian untuk itu.
Saya pun berpikir, seadainya setiap festival musik ada tukang pijatnya saya yakin akan ada banyak sekali yang mengantri. Karena tukang pijat dalam festival musik menjadi hal yang layak dipertimbangkan sebagaimana ada air isi ulang.
Jadi ke depannya buat para promotor atau EO musik pasti akan mendapatkan poin plus ketika menghadirkan both tukang pijat untuk para penontonya. Karena sudah pasti ada kemungkinan bahwa tubuh bisa saja “cedera” karena melakukan moshing, stage diving atau yang lainnya ketika acara berlangsung.
Nah tukang pijat sangat membantu dalam urusan ini.
Penulis: Khoirul Atfifudin
Foto oleh Asyam Ashari
Foto sampul oleh Syauqi Ibrahim Ramadhani (pophariini)
Artikel ini merupakan hasil dari program PENA SKENA, sebuah lokakarya dan praktik jurnalisme musik yang diinisasi oleh Cherrypop Festival. PENA SKENA diharapkan bisa mendorong aktivasi jurnalisme musik sebagai salah satu alat pemajuan kebudayaan, yang digerakkan oleh anak muda yang berpihak pada lokalitas.