Posisi merchandise band hari ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Faktanya melalui lini usaha cindera mata ini, sebuah band bisa mendulang ekonomi di luar pentas dan penjualan album musiknya. Sebut saja; Morfem, Seringai, Homicide, Teenage Death Star, dan beberapa nama lain yang merchandise-nya digrandungi banyak orang.
Fenomena ini oleh banyak pihak kerapkali dianggap sebagai angin lalu, bahkan menjadi hal yang biasa-biasa saja. Karena itu FSTVLST dan Libstud mulai mendiskusikan, atau setidaknya merayakan fenomena tersebut lewat tajuk ‘Music Merch Festival 2023’ (MMF). Festival ini tidak serta merta dirayakan di satu titik saja, namun juga turut mengajak daerah-daerah lain untuk ikut serta merayakannya.
Diawali dengan postingan di akun Instagram Music Merch Festival @merch.fest pada 10 April 2023 lalu, “Tanggalkan baju perang. Kenakan merch band andalan,” kemudian disusul dengan kemunculan logo MMF 2023 disertai tanggal pelaksaanaanya yang jatuh pada 30 April 2023.
Hasilnya, bukan hanya Sleman, DIY saja yang merayakan Music Merch Festival 2023, setidaknya ada sekitar 17 kota/kabupaten di Indonesia yang menggelar festival serupa; Klaten, Gunungkidul, Semarang, Jakarta, Padang, Purwokerto, Ajibarang, Makassar, Palopo, dan masih banyak lagi. Bahkan setelah 30 April 2023, ada beberapa daerah yang menggelar MMF 2023; Bandung, dan Tuban yang merayakannya pada 5 Mei 2023.
Menurut Sirin Farid Stevy, MMF 2023 di Sleman sebenarnya hanya diadakan 30 April saja dengan menampilkan pentas musik berskala medium. Namun, karena masalah perizinan, maka rencana tersebut dibatalkan, dan idenya berkembang menjadi acara tiga hari, mulai 30 April – 2 Mei 2023.
Meskipun tanpa pentas musik di Liberates Creative Colony, FSTVLST dan Libstud cukup puas karena perayaan MMF benar-benar terjadi di berbagai titik. Jika diamati, ajakan tersebut sangat mendadak, dengan waktu yang relatif mepet dimana proposal baru disebar sekitar 20 April 2023 lalu. Pendek kata, hanya butuh waktu 10 hari untuk menyiapkannya.
Tapi apakah yang melatar-belakangi hal itu, hingga MMF 2023 benar-benar terjadi serentak di berbagai daerah secara sukarela tanpa embel-embel tertentu? Atau pertanyaan mendasar dan lainnya seperti, bagaimana awal mula ide Music Merch festival bisa ada? Kenapa merchandise menjadi sesuatu yang penting di era sekarang? Sejak kapan trend ini mulai ada? Di mana daya tarik merchandise band?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang coba didiskusikan pada Music Merch Festival 2023 yang digelar di Liberates Creative Colony, Sleman, 1 Mei 2023. Dalam sesi talkshow, Sirin Farid Stevy selaku moderator bersama tiga orang yakni Arsita Pinandita, Woto Wibowo (Wok The Rock), dan Niko Satanza membicarakan semua hal terkait isu Music Merch Festival 2023.
Farid yang membuka obrolan bagaimana ide MMF 2023 bermula. Menurutnya ide ini terinspirasi dari Record Store Day (RSD). Selain rilisan fisik yang meramaikan meja para pelapak, di Record Store Day juga ada banyak merchandise band yang diperjualbelikan.
“Ditambah beberapa cerita dari teman-teman band, bahwa mereka membiayai albumnya dengan menjual merch. Ternyata merchandise itu penting bagi ekosistem musik,” kata Farid.
Pentolan FSTVLST ini bahkan tidak mengira jika ajakan Music Merch Festival 2023 bisa menyulut api semangat di berbagai daerah, karena memang awalnya hanya ditargetkan terjadi di kota-kota yang masih memiliki jaringan dengan anak-anak FSTVLST dan Libstud. Berarti memang merchandise band memiliki daya tarik tersendiri di dalam blantika permusikan. (*)
Penulis Naskah: Khoirul Atfifudin
Penyunting Naskah: Kiki Pea
Foto Sampul: Khoirul Atfifudin
Baca juga:
Kilas Balik Industri Merchandise di Indonesia
Bisakah Musisi Hidup dari Merchandise Band?