Untitled-3-02

Melacak Istilah Band Mitos dan Jejaknya yang Kabur di Jogja

 Sejak Cherrypop Festival pertama kali hadir tahun lalu, tepatnya 2022, istilah band mitos kembali santer terdengar. Penyematan kata mitos pada beberapa band bukan tanpa alasan. Dua band yang tampil di Cherrypop kala itu, sebut saja Teenage Death Star dan Melancholic Bitch, memang punya label sebagai mitos. Tapi apa, sih, band mitos sebenarnya?

***

Saya menemui Kiki PEA, salah satu promotor Cherrypop Festival, di salah satu ruangan kantor iKonser pada Senin (3/4/2023) siang. Wajahnya terpacak di layar monitor, sedang mata saya menyapu ruangan.

Di meja panjang tempat monitornya berdiri terdapat beberapa buku dan kaset pita yang tertata rapi. Ada banyak susunan kaset pita yang lebih banyak di meja lain, di belakang Kiki.

Tak lama kemudian, perkataan Kiki memecah perhatian saya. Ia mempersilakan saya duduk dan mewawancarainya.

Ada banyak pertanyaan yang seketika muncul di benak saya perihal Cherrypop. Sesederhana: apa konsep Cherrypop tahun ini?  Usai menjual habis tiket untuk menonton band-band keramat setahun lalu—katakanlah Sangkakala, Teenage Death Star, dan Melancholic Bitch—bagaimana mereka melakukan hal yang sama di festival tahun ini? Kenapa mereka ngotot menampilkan band-band dengan ceruk segmented seperti itu?

Asal-usul istilah band mitos

Istilah band mitos barangkali sudah kadung populer di skena musik dan tongkrongan sekitarnya. Namun, dari mana istilah itu berasal?

Berdasarkan pelacakan Desta Wasesa, founder akun Instagram @musikjogja, istilah band mitos  sendiri pertama kali populer pada tahun tahun 1970-an. Ia menjadi populer ketika Lester Bangs, penulis musik kenamaan dari Majalah Rolling Stone, merilis musiknya sendiri.

“Waktu itu tahun 70-80-an kayak gimana, nih, kalau jurnalis musik nulis lirik? Meskipun nggak banyak tercover, tapi dia (Lester) meletakkan sesuatu yang penting. Sesuatu yang tidak hanya bisa diterima secara populer, tapi juga mengendap terus-menerus,” terang Desta ketika saya temui pada Senin (3/4/2023) malam. “Dari situlah muncul istilah band mitos. Bandnya ada, tapi tidak tercover.”

Ketika saya bertanya apa band yang patut dapat sebutan mitos di Jogja, Desta tercenung. Pria tersebut lantas mengiyakan bahwa Melbi adalah salah satu band yang kerap dapat sebutan mitos.

Penampilan Melbi di Cherrypop 2022

Namun selain itu, Desta juga berpendapat ada beberapa grup musik Jogja yang bisa disebut sebagai band mitos pula. Di antaranya adalah Risky Summerbee & The Honeythief (RSTH) dan LastElise.

“Sempat ada siklus RSTH itu cuman ada di Artjog. Dia juga menurutku memberi pengaruh ke skena, entah dari suara gitarnya, entah dari tema yang tersaji,” tutur Desta.

Demikian juga LastElise. Menurut Desta, LastElise bisa dibilang pionir dalam penggunaan delay reverb di kalangan skena Jogja.

Jika disimpulkan, Desta menyematkan istilah band mitos kepada band-band itu dengan beberapa alasan. Alasannya ialah band tersebut memang jarang manggung. Tapi yang tak kalah penting ialah pengaruhnya.

Kendati demikian, Desta mengakui bahwa definisi dan kriteria tersebut merupakan penyederhanaan belaka. “Jadi istilah itu semacam bahasa tongkrongan atau simplifikasi dari definisi mitos yang sebenarnya: (bandnya) ada tapi nggak ada,” terang Desta.

Artikel ini telah dimuat di Mojok.co, ditulis oleh Sidratul Muntaha

10-11 AGTS 2024

LAPANGAN KENARI, YOGYAKARTA