THE PANTURAS (2)

Aku, di Antara Promotor dan Manajemen Artis

oleh: Agripa (Talent Relation Cherrypop 2023)

Pertama-tama aku kasih disclaimer: sebelum membaca lebih jauh, tulisan ini lebih sebagai keluh kesah yang biasa kutulis di buku harianku, daripada ulasan, apalagi kritik mendalam seputar industri musik. Keluh kesah, ya, bukan kiat-kiat apalagi wejangan. Namanya juga buku harian, sangat personal bukan?

Bicara soal festival musik, tidak lengkap rasanya jika tidak mengulas hal-hal yang terjadi di balik hingar-bingarnya. Dari banyaknya tugas mereka yang bekerja di balik panggung festival musik, satu di antaranya yang cukup vital adalah talent relation. Divisi ini bekerja sebagai penyambung lidah antara promotor dengan pihak artis, sejak awal hingga acara selesai, tujuannya yaitu, selain agar kedua pihak sama-sama puas dengan pertunjukan yang disajikan. 

Hal-hal yang dikomunikasikan dengan tim artis dimulai sejak nembung untuk tampil di konser/festival yang akan digelar. Setelah deal, dan terjadi kesepakatan di kedua pihak, selanjutnya berkutat pada kebutuhan mereka sejak berangkat sampai selesai perform. Dari operasional, transportasi, teknis, akomodasi, sampai keamanan. 

Semua bentuk komunikasi dari tim artis akan dilanjutkan ke divisi terkait, misalnya bagian sosial media, desainer grafis, liaison officer dan lainnya. Dari cukilan kerjanya saja sudah terlihat bahwa fungsinya mung satu thok: menghubungkan talent dengan tim acara. Super mudah. Sip. Jos. Piranti kerjanya pun sedikit, hanya gawai dan hati yang lapang. Jos jos

Senang? Pasti. Siapa yang nggak senang lebih dekat dengan artis. Kastamu akan naik dan jadi pergunjingan di lingkungan teman-teman dan keluarga besar. “Agripa sekarang jadi rekan-rekan artis, ya?” yoi dong. Berjejaring pun juga jadi lebih luas. Jaringan bukan sembarang jaringan, tapi dengan lingkungan artis. Bisa hilir-mudik ke belakang panggung menyapa teman-teman artis, berfoto dengan idola, bahkan sampai rekues lagu favoritmu. Mantap

Tapi, ya, dibalik serentetan suka, pasti ada sederet duka yang niscaya terjadi, to. Kedekatan dengan pihak artis akan membuatmu jadi orang pertama yang bakal kena semprotan manajemen artis, ketika ada kebutuhan atau rikues yang tidak bisa atau belum terpenuhi. Terlepas dari divisi mana yang seharusnya diamuki. Mau salah masukkin foto di desain poster, kek, lali promosi kek, ra urus. Aku pokoke sing diamuk. Mesakke, cah

Selain itu, menjadi talent relation pada satu festival musik, berarti kamu harus mengurus beberapa artis sekaligus. Nah ini yang kadang bikin keblinger. Kamu harus hapal detail semua gono-gininya, misal jadwal keberangkatannya, naik apa, jemput dimana, yang akan dieksekusi oleh liaison officer. Jangan. Sampai. Salah!

Tipikal artis dan manajemennya pun berbeda-beda karakternya, ada yang pengertian, tidak riwil dan mempercayakan seluruh tetek bengek pada tim acara. Penakke pol. Kami sebagai perwakilan promotor bisa fokus menyediakan yang terbaik untuk tim artis, dan mereka terima jadi. Biasanya yang begini sebelumnya sudah kenal, bahkan akrab. Jadi sudah ada kepercayaan yang dibangun sebelumnya.

Ada juga yang segala hal detilnya harus dipastikan bahkan delapan bulan sebelumnya. Misal hotel harus bla..bla..blaa, mobil harus spesifik merek A-B-C dan harus bisa merokok di dalamnya, tiket pesawat maskapai tertentu, lalu si A harus harus duduk bersebelahan si B dan lainnya. 

Aku tidak bilang itu merepotkan karena sudah seharusnya seperti itu. Hotel tidak boleh jauh dari tempat acara untuk mengurangi potensi keterlambatan. Transportasi harus dipastikan kenyamanannya agar kondisi tetap fit ketika pentas. Anggaplah syarat bisa merokok di dalam mobil merupakan refreshment. Untuk bagian tiket pesawat harus bersebelahan, mungkin mereka takut tersesat di dalam. Hehe..

Dari pengalamanku selama ini, ada beberapa hal yang harus dikuasai sebagai seorang talent relation. Pertama, skill komunikasi yang baik. Misal kalau hotel belum siap karena satu dan lain hal, komunikasi! Kalau jadwal pentas belum bisa dipastikan, komunikasi! Komunikasi! Komunikasi! Baik dengan tim artis maupun dengan tim promotor. Apa yang akan terjadi talent relation mengabaikan pentingnya komunikasi? Integritasnya bisa terancam. Bisa-bisa promotor di cap bodong. Bahaya sekali, cah.

Hal kedua yang kamu perlukan adalah dada yang sangat lapang. Jelas karena kamu adalah orang pertama yang kena imbas jika ada yang membuat artis tidak nyaman, berlapang dada dan komunikasikan dengan tim promotor. Ngambek dan menyalahkan divisi lain adalah haram hukumnya. Komunikasikan dengan baik. Hal ini juga dilakukan supaya tim promotor tetap fokus menyiapkan yang terbaik. Jika ada yang luput, sampaikan dengan baik. Simpan semua amarah yang disalurkan tim artis di dalam dadamu yang lapang itu.

Akhir kata, menjadi talent relation tidak semenyeramkan itu, kok! (*)

10-11 AGTS 2024

LAPANGAN KENARI, YOGYAKARTA