Flour but Oka

Ahmad Oka Prasetya Aji (Oka) adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh visual / grafis pada perhelatan Cherrypop kali ini. Dengan bertema Swasembada Musik, Oka menerjemahkannya kedalam bentuk visual yang banyak memunculkan suasana organik sawah. Ide ini muncul sebagai responnya terhadap bentuk kemandirian kerja para petani yang mengolah hasil panen, ternak, untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Idiom Swasembada pangan atau kemandirian untuk memenuhi kebutuhan pangan yang selama ini diagung-agungkan Indonesia adakalanya dimanifestasikan kembali kedalam jiwa-jiwa anak muda sub-kultur, melalui medium musik tentunya.

foto: stage2stage

Terlepas dari identitas visual/ grafis yang ia rancang untuk Cherrypop, Ahmad Oka juga menampilkan karya-karya visualnya dengan medium lukis di atas kanvas. Sebagai seorang seniman yang banyak mengambil potongan-potongan budaya arus utama yang saling bertukar pandang tanpa henti. Bagi Oka visual yang ia bangun adalah permadani persilangan atas kehidupannya sebagai peternak sekaligus penjual sayur mayur yang juga harus sigap berhadapan dengan karya ilustrasi pesanan dari client atau kolektor seni.

Gambar tengkorak dengan persepsi horror ialah bagian dari kisahnya untuk menceritakan iklim hidup disekitarnya yang masih hidup dalam lintasan klenik pesugihan dan ilmu santet. Meski tidak sepenuhnya mempercayai hal ghaib, bagi Oka justru menjadikannya sebagai dunia pararel imajinasinya. Karya lukis yang ada dalam pameran Ahmad Oka kali ini ialah hasil multitafsirnya atas fungsi ritual klenik yang ia eksplorasi kedalam praktik magis-religius yang sering muncul dalam artwork-artwork musik metal ataupun rock.

Tidak melulu tentang hal-hal ghoib, Ahmad Oka hadir sebagai bentuk makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Ia mewujud sepertihalnya tepung yang siap menjadi bahan pendamping beragam bahan makanan siap goreng. Oka merayakan beragam hal yang mampu ia balut laiknya tepung peradaban yang nantinya hadir sebagai menu utama. Hal klenik, budaya populer, musik, fesyen, ia goreng menjadi satu melalui adonan visual yang ia bangun.

Menjadi tepung adalah analoginya untuk menyatukan beragam persepsi identitas yang terjadi saat ini. Oka menjadi mimpi-mimpi manusia yang digerus budaya konsumsi diantara kehidupan yang terus berputar agar kuat beradaptasi terhadap beragam perubahan zaman, sepertihalnya pisang dari petani yang diikat oleh tepung dan disajikan menjadi pisang goreng diatas meja-meja perdaban. Selamat menikmati bahan sajian tepung gagasan Oka, lewat sajian pameran ini ia menjadi Tepung tapi Oka atau Flour but Oka.

(Arsita Pinandita – Creative Director Cherrypop)