Kubil Idris dan Jimi Multhazam (Foto oleh Angki Purbandono, Ay Aria)

Rayakan 20 Tahun ‘Matraman’ di Cherrypop 2024

Album ini rampung setelah percakapan telepon dengan Eka Annash. Dia bercerita tentang rampungnya album The Brandals dan siap diedarkan bulan depannya. Bagai mendapat dukungan semesta, akhirnya album Matraman rampung dalam waktu sebulan. Setelah sebelumnya album ini dikutak katik selama hampir setahun tanpa hasil. Tiba-tiba semuanya berubah jadi mudah.

Proses rekaman album ini banyak dihabiskan di kamar Aryo Hendrawan. Direct dari instrumen melalui sound blaster audigy langsung ke komputer. Dengan speaker monitor melalui tape compo Sharp. Hanya drum dan vokal yang kita garap di studio.

Tiba di lagu dengan nuansa rave bass seperti “Apakah Aku Berada di Mars”, “Modern Bob”, “Antah Berantah”, “Mosque of Love”, gue dan Kubil menginginkan sound drum electric ala Simmon Drum. Pinjem dimana? langka sekali waktu itu. Akhirnya Aryo mengakali dengan frutty loops. Tapi timbul kendala, suara cymbal-nya jauh dari manusiawi. Akhirnya kita ambil jalan tengah. Kita buat snare, tom, dan kick dengan loops.

Cymbal set kita rekam di studio. Pemandangan yang aneh. Beni memainkan cymbal sepanjang lagu tanpa set drum lengkap. Sayangnya saat itu belum ada smartphone, dan kamera masih menjadi barang mewah. Momen ini tak terdokumentasikan. Mungkin bisa diperagakan dalam scene film biography The Upstairs kelak, Ahhh ide yang bagus itu.

The Upstairs memiliki bassist di album Matraman. Sebelumnya gue melihat penampilan dia dengan band komedi kampus Liga Bahenol. Dia bermain gitar dengan gaya yang absurd seperti Chuck Berry berbadan jangkung. Dengan sound yang jauh berbeda pastinya. Gue hanya berfikir posturnya cocok untuk memainkan bass, dan wajahnya yang tampan akan menarik fans-fans cewek untuk mendekat ke bibir panggung. 

Tanpa memperhitungkan skill-nya, gue menelpon dia. Dia cuma berkomentar, “Oh The Upstairs ya Jim, gue udah beli album Antah Berantah, musiknya stres-stres gitu ya?”, sebelum percakapan selesai, dia mengatakan bersedia gabung dengan The Upstairs. Akhirnya, kami punya bassist keren, Alfi Chaniago.

The Upstairs Foto Profil 2004. Sumber: brainwashinc.tripod.com.

Keyboard track pertama pada album ini dimainkan oleh Hans Sabarudin, dan Bin Harlan. Dengan Yamaha PSR, karena hanya itu keyboards yang berhasil kami pinjam. Tapi soundnya tak tergantikan. Begitu juga dengan rave bass yang sama. Ibarat pepatah new wave, “Tak ada Yamaha DX, PSR-pun jadi”

Lagu “Matraman” gue dapet ketika nongkrong di depan TIM selepas buka puasa. TIba-tiba kawan gue, Cocot, (vokalis band grind, Brisik) turun dari bus dan menghampiri tongkrongan dengan raut wajah asem. Dia bercerita menunggu mantan kekasihnya di Matraman dengan seikat kembang dari sebelum buka sampai jam 9 malam. Spontan semuanya tertawa lepas.

Karena sebagian besar dari kita tau kalau mantannya itu sedang berada di kota kembang. Cocot langsung tertawa lepas menunjuk wajah gue sambil teriak. Jadiin tuh Jim! Gue termenung sejenak. Lalu jalan tergopoh-gopoh ke dalam kampus. Mengambil gitar di studio lukis. Lalu nongkrong di lantai 2 lorong desain grafis, sendirian bersila mengulang-ulang lagu ini.

Ketika gue bawa lagu Matraman ke Kubil, dia langsung menciptakan intro dengan spontan. Untuk sound yang lebih megah, Kubil meminta Bin memainkan dengan keyboards. Hasilnya fantastis. Kubil Idris adalah nama penting dalam The Upstairs. Dialah yang menciptakan hampir semua basslines dan hook-hook gitar yang nendang di album Matraman.

E-Flyer Album Matraman untuk Majalah Gadis-Sumber: Facebook Fanpage-Brainwashed Management.

Suatu hari Kubil dapat bassline unik. Lalu dia menelpon gue dan kita jamming berdua dengan gitar akustik. Dengan leluasa, dia memainkan lead-lead khasnya yang antik. Tugas gue selanjutnya adalah memilah-milahnya, lalu merangkainya jadi lagu. Baru menulis liriknya. 

Lirik lagu ini gue dapatkan ketika gue diajak menemani clubbing ke Manahouse Senayan (RIP). Semua orang yang datang berpakaian silky hitam dan cowok-cowoknya berjambul Tintin. Sedangkan gue datang dengan jaket jeans belel, kaos merah, dan celana hijau terang. Lengkap dengan jambul brutal Slim Jim Phantom. Musik deep house suasana memanas. Mereka berdansa dengan gaya yang seragam.

Di tengah gue berusaha mengikuti suasana dengan gaya boogie woogie. Seketika gue bergumam,. Sebenernya gue lagi ada di Mars atau mereka yang mengundang orang Mars. Nah! Oke juga nih!!! Gue langsung melipir pulang dan menulis. Cocok nih buat basslines baru si Kubil.

Amatir adalah satu-satunya lagu yang diciptakan secara jamming di dalam studio. Awalnya dari kegandrungan gue akan beat Iggy Pop, “Lust for Life” (yang mengadopsi The Supremes, “You Can’t Hurry Love”). Beni memainkan pattern drum tersebut, disambut Alfi dengan bass yang simple dan lead keyboards Hans datang secara spontan. Kubil merespon dengan gitar.

Bin berlagak Manzarek dan gue masuk dengan bahasa ikan. Kata pertama yang gue teriakan di reff dengan jelas adalah “Amatir”. Tanpa tau menulis apa. Ketika sampai di kamar kos, gue memutar lagu The Troggs berjudul “A Girl Like You”. Akhirnya gue dapet ide mau menulis apa dan siapa.

Setelah semua lagu rampung direkam, gue menilai album baru The Upstairs masih raw. Keputusan mengajak Rebecca Theodora dan Dian Maryana membuat proyek ini terdengar lebih manis. Bungkus!!!

The Upstairs dapat deal dengan Sirkus Records. Sebuah label kecil baru milik Fandy MC dan anak-anak Hip Hop Rock, Kripik Peudeus. Deal yang singkat dan penandatanganan kontrak di pinggiran jalan Hang Lekir di atas kap mesin mobil (gue lupa antara Vitara atau Escudo). Dengan lampu depan dinyalakan sebagai penerangannya. 

14 Februari 2004, BB’s ramai nian. Kawan-kawan dari Jakarta, Bandung, Yogya numplek jadi satu. Lantai 2 BB’s yang kecil sesak dipenuhi 300 orang. Band opening release party ini dibuat beragam. Dari Perilaku Menyimpank (Punkrock), Ballads Of The Cliche (Indiepop), hingga The SIGIT. Saking ramainya, The Upstairs sampai sulit naik ke atas untuk manggung. Lagu pertama dimainkan, duar!!!!! Pecah suasana.

Gilanya, lagu “Matraman” sudah membuat orang-orang sing a long. Ini GIla! Kami memainkan 8 lagu selama 1 jam 20 menit. Berarti gue banyak ngomong nyampah di setiap jeda lagu. Saking panasnya BB’s malam itu, akhirnya semua personil cowok The Upstairs buka baju. Bahkan Beni bermain hanya menggunakan cawat belaka. Buset!

Dan riuh rendah pasang surut perjalanan The Upstairs dimulai setelah pesta gila kecil ini.

Jimi Multhazam, 27 Januari 2016

Matraman Release Party di BB’s 14 Februari 2004 (Foto oleh Angki Purbandono, Ay Aria)
Invitation Matraman Release Party-Sumber: Facebook Fanpage-Brainwashed Management.
  • Tulisan ini adalah salinan dari liner notes CD The Upstairs Matraman (reissue) 2016, oleh Satelit Rekords

‘Matraman’ adalah debut album The Upstairs yang dirilis pada tahun 2004. Album yang telah berusia 20 tahun tersebut masih sangat berpengaruh hingga saat ini.

Mari Rayakan 20 tahun ‘Matraman’ hanya di Cherrypop Festival 2024!

10-11 AGTS 2024

LAPANGAN KENARI, YOGYAKARTA